Indonesia terus berupaya dalam memetakan potensi bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) demi tercapainya target Net Zero Emission pada 2060. Potensi EBT yang dimiliki Indonesia diketahui sangat melimpah, seperti potensi pemanfaatan energi surya. Sebagai negara yang beriklim tropis dengan paparan sinar matahari yang sangat besar sepanjang tahunnya, Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI mencatatkan potensi energi surya sebagai sumber EBT di Indonesia mencapai 207 GW.
Dalam memaksimalkan potensi energi surya di Indonesia, tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis, asosiasi, serta pegiat industri energi surya. SUN Energy, sebagai perusahaan pengembang energi surya pada Kamis, 31 Maret 2022 menggelar Diskusi bertemakan “Mengejar Target Bauran Energi Melalui Pemanfaatan Teknologi Hijau di Ibu Kota Negara Baru” yang menjadi salah satu wujud komitmen SUN Energy untuk meningkatkan target bauran energi dan memaksimalkan potensi energi surya di Indonesia.
Kemudahan penerapan energi surya diketahui tidak terlepas dari teknologi yang digunakan, teknologi tersebut diperkenalkan melalui konsep Teknologi Hijau, sebuah konsep pemanfaatan teknologi yang berbasis pada lingkungan. Diketahui bahwa pemanfaatan teknologi hijau telah diperkenalkan sebagai salah satu visi kehadiran Ibu Kota Negara (IKN), Nusantara, melalui Lampiran II Salinan Undang-Undang No. 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Dimana salah satu penggerak utama IKN, Nusantara adalah Klaster Industri Teknologi Bersih yang memiliki misi penyediaan produk pendukung mobilitas dan utilitas yang ramah lingkungan, dan pengembangan pada sektor ini akan berfokus pada perakitan panel surya dan kendaraan listrik roda dua. Dipaparkan oleh Ade Irfan Pulungan, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, “Ibu Kota Negara Baru, Nusantara akan diperkenalkan sebagai kota masa depan di Indonesia yang dapat menjadi wajah baru Indonesia di kancah dunia, melalui pengenalan konsep serta penerapan teknologi hijau di IKN, tentu akan menunjang pemanfaatan Energi Baru Terbarukan demi tercapainya target Indonesia bebas emisi karbon,” ucap Ade Irfan Pulungan.
Pemerintah yang berperan sebagai regulator telah mewujudkan komitmennya dalam mendukung pemanfaatan energi surya sebagai bagian dari upaya transisi energi melalui serangkaian kebijakan. “Potensi energi surya sebagai EBT yang dimiliki Indonesia mencapai 3.295 GW, namun diketahui realisasinya baru mencapai 0.3% dari target yang telah ditentukan. Capaian tersebut tentunya memacu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI untuk terus mengambil langkah besar melalui pencanangan kebijakan strategis yang akan mendukung perkembangan Energi Baru Terbarukan (EBT),” jelas Hendra Iswahyudi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Upaya transisi energi juga turut dilakukan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI, melalui konsep Industri Hijau, RR Sri Gadis Pari Bekti selaku Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Pusat Industri Hijau, Kemenperin RI memaparkan beragam kegiatan pembangunan rendah karbon, “Kemenperin RI terus berupaya dalam meningkatkan efisiensi sumber daya industri dalam pengembangan industri berkelanjutan, dan secara aktif melakukan fasilitasi serta sosialisasi kepada para pelaku industri terkait dengan industri hijau,” ujar RR Sri Gadis Pari Bekti.
Fasilitasi dan sosialisasi yang dilakukan tentu tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah, Fabby Tumiwa selaku Ketua Umum AESI atau Asosiasi Energi Surya Indonesia mengungkapkan “Sebagai sebuah asosiasi, kami menyambut baik beragam kebijakan yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam mendukung kehadiran Energi Baru Terbarukan seperti Energi Surya. Bersama dengan kehadiran wacana Ibu Kota Baru, AESI memproyeksikan potensi pemanfaatan energi surya, khususnya PLTS berkapasitas 2,500 – 8,100 MWp,” ungkap Fabby.
Pada kesempatan yang sama, Huawei Digital Power sebagai salah satu pelaku industri yang berfokus pada perkembangan teknologi hijau, “Energi Baru Terbarukan telah menjadi bagian dari pengembangan teknologi yang terus kami upayakan. Sesuai dengan visi kami yaitu mengintegrasikan teknologi digital dengan power electronics, yang tentunya juga sesuai dengan inisiasi Global Carbon Neutrality melalui inovasi di pembangkit listrik. Kami, Huawei Digital Power telah mendukung PLTS di seluruh dunia dengan total 220 GW. Angka tersebut terus memacu kami untuk memberikan dampak terhadap akselerasi revolusi energi di Indonesia,” ungkap Ali Hanif selaku Senior Product Manager, Huawei Indonesia. Berkaitan dengan akselerasi EBT di Indonesia, tentunya tidak terlepas dari peranan pelaku industri Energi Baru Terbarukan, Dionpius Jefferson selaku Chief Commercial Officer SUN Energy menguraikan, “Memiliki peranan penting terhadap perkembangan EBT di Indonesia, SUN Energy terus berupaya dalam memberikan kemudahan akses pemanfaatan PLTS kepada berbagai industri. Melalui dukungan para mitra kerja kami, SUN Energy dapat terus memperlebar kiprahnya di industri ini,” tutup Dion pada rangkaian Diskusi yang dilanjutkan dengan kegiatan SUN Strategic Partnership Gathering untuk mengajak para kontraktor berkolaborasi bersama meningkatkan bauran energi Indonesia.